Nagaraya.id, Samarinda – Stunting atau kekurangan gizi kronis masih menjadi masalah di Kota Samarinda, yang juga menghadapi kemiskinan ekstrem. Padahal, target nol persen stunting pada akhir 2024 sudah ditetapkan.
Hal ini dikomentari oleh Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sani Bin Husain, yang menyesalkan besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Samarinda yang tidak berdampak pada penanganan stunting.
“APBD tinggi tidak berguna, kalau anak-anak kurang gizi. Stunting itu bukan masalah remeh,” kata Sani, pada hari Selasa (13/2/2024).
Sani menjelaskan, stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberi telur dan nasi kepada anak-anak. Stunting dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pernikahan dini, gizi ibu hamil, dan kondisi ekonomi rumah tangga.
“Salah satu contohnya, ada keluarga yang ayahnya tidak ada pekerjaan, sehingga ibu hamil sampai melahirkan sering makan mie instan. Selain itu, juga perlu edukasi kepada remaja putri tentang tablet penambah darah dan lain-lain. Jadi stunting itu harus ditangani secara komprehensif,” terangnya.
Anggota Fraksi PKS ini juga menekankan bahwa stunting berhubungan dengan aspek sosial dan kesehatan. Oleh karena itu, ia mengharapkan wali kota dan bupati untuk menjadi komando utama dalam menuntaskan masalah ini.(adv/dprdsamarinda)